Pendekatan Supervisi Pendidikan

Menurut Terry dalam Herujito (2001: 18) membagi empat pokok fungsi manajemen yaitu planing, organizing, actuating dan controlling. Fayol dalam Handoko (2003:21) menyatakan bahwafungsi utama manajerial terdiri dari perencanaan,pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah dan Pengawasan
Dalam konteks menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsi-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat

bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian. Kalau kedua kemampuan itu digambarkan secara bersilang seperti gambar di bawah ini :
Akan terdapat empat kuadran (sisi). Ada 4 sisi : Sisis I, II, III, IV. Tiap sisi terdapat dua kemampuan yang disingkat A (daya abstrak), K (Komitmen). Uraian kuncinya sebagai berikut :
(1). Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (sebelah kanan garis tegak lurus). Komitmennya K tinggi (+).


1. A + K –
Guru Profesional

2. A. + K –
Guru yang kerjanya kritis


3. A - K +
Guru sibuk

4. A - K –
Guru tak bermutu


Kalau kita kelompokkan tipe guru seperti bagan di atas maka dapat di kelompokkan sebagai berikut :
I. Pada sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut guru yang profesional.
II. Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru yang tukang kritik.
III. Pada sisi III daya abstrak rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+) disebut guru yang terlalu sibuk.
IV. Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitemen rendah (K-) disebut guru yang tidak bermutu.

PERTANYAAN:
1. Masalah-masalah apa yang dihadapi oleh kelompok prototipe guru diatas?
2. Pendekatan supervisi apa yang dilakukan masing-masing pengawas dalam tiap kelompok?
3. Tindakan-tindakan apa yang dilakukan oleh setiap kelompok?
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif.
Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) mmnyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (50 negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi , dialog menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah derektif. Perilaku supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasdar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan supervisor.

A. Pendekatan Langsung (Direktif)
Yang dimaksudkan dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
 Menjelaskan
 Menyajikan
 Mengarahkan
 Memberi contoh
 Menetapkan tolak ukur
 Menguatkan
B. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-drektif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.
 Mendengarkan
 Memberi penguatan
 Menjelaskan
 Menyajikan
 Memecahkan masalah

C. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nantui berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:
 Menyajikan
 Menjelaskan
 Mendengarkan
 Memecahkan masalah
 Negosiasi
Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif. Sudah rentu pendekatan itu diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:
a. Percakapan awal (pre –conference)
b. Observasi
c. Analisis / interpretasi
d. Percakapan akhir (past conference)
e. Analisis akhir

Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi.
Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/teknik. (John Minor Gwyn, 1963: 326-327, untuk seorang guru secara individual, yaitu teknik yang dilaksankan untuk melayani lebih dari satu orang.

I. Teknik yang bersifat individual
A. Perkunjungan kelas Pengertian Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Segi positifnya : Ia dapat melihat keadaan yang sebnarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Segi negatifnya : Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi. Tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa diberitahu lebih dulu.
B. Observasi kelas Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas. Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas.
 Jenis Observasi Observasi langsung (direct observation)
Dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.
 Observasi Tidak Langsung Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahui (biasanya dilakukan dalam laboratorium untuk pengajaran mikro.
 Percakapan pribadi
 Inter-visitasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tujuan, Manfaat, dan Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Profil Syekh Haji Abdul Ghani el Kholidi

Fakhrul Kamal, Prakarsai Musyawarah Pengurus MK2DT Wilayah I & II Kecamatan Tapung