SAPI BETINA YANG ANTI DEMOKRASI

Terpilih secara aklamasi, tentu tidak ada yang salah. Di jaman keterbukaan dimana dinamika menjadi sangat cair, aklamasi adalah capaian luar biasa dari seorang yang terpilih. Menjadi pertanyaan ketika aklamasi berulang sampai 6x dengan tokoh yang sama. Bahkan menjelang usia senja, saat generasinya beberapa tahun lalu sudah pensiun dari syawat kekuasaan.
Amin Rais, (alm) Gus Dur, BJ Habibie, Akbar Tanjung, sudah lengser dari pentas ketua umum. Bagaimanapun suksesi kepemimpinan harus terjadi, Sejarah membuktikan mereka yang nekad tidak mau melepas syawat politiknya di usia senja mendapat konsekwensi menyedihkan di akhir karir politiknya. Celakanya berakhirnya karir politik secara tragis selalu menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat.
Partai politik adalah aset bangsa, bukan aset keluarga. karena di dalamnya ada banyak rakyat yang berjuang. partai politik juga pilar demokrasi yang penting. Jatuh dan bangunnya partai politik mempengaruhi stabilitas suatu negara. Apakah ratusan juta bahkan Presiden RI hanya dianggap figuran? Tokoh utama dan pemiliknya adalah keturunan kerajaan?
Setelah 25 Tahun
Penulis cukup kaget ketika melihat TV ada sapi betina yang mulai pandai pidato. Rupanya perlu 25 tahun untuk menghilangkan demam panggung ketika bicara di podium. Tetapi tetap saja, bahasa yang dipakainya masih terdengar sengau. Jargon - jargon politik warisan tahun 60an masih terus diulang.
Mentalitas inferior bahwa orang di luar sana berniat jahat pada kelompoknya selalu digelorakan, walaupun sekarang kita tidak lagi hidup di jaman revolusi. Mayat hidup dengan paradigma berpikir konfrontasi. Sentimen masa lalu, bisa mudah dilihat dari foto foto yang di pajang. Apa relevansinya foto dengan kemakmuran bangsa sesuai cita cita proklamasi?
Ajaran Leluhur
Tentu sebagai bangsa berbudaya, kita selalu menjunjung tinggi para leluhur. Tetapi leluhur bangsa ini tidak cuma satu. Bangsa ini tidak merdeka hanya karena satu orang dan memandang orang lain sebagai figuran. Politik menang - menangan ini tentu tidak bagus bagi bangsa yang besar.
Kita punya banyak Leluhur berjiwa mulia, yang tidak mengklaim “ini Ajaran si Bung”. Ada Ki Hadjar Dewantara, Dr. Soetomo, Tjokroaminoto, dsb. Mereka tidak saja hidup dalam politik praktis tetapi juga menjadi guru bangsa. Ide nasionalisme dan gerakan berbasis pendidikan tentu warisan yang luar biasa.
Keluarga Egois
Aklami tentu hal yang bagus, tetapi tanpa regenerasi, aklamasi adalah praktek tirani yangmembunuh demokrasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tujuan, Manfaat, dan Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Profil Syekh Haji Abdul Ghani el Kholidi

Fakhrul Kamal, Prakarsai Musyawarah Pengurus MK2DT Wilayah I & II Kecamatan Tapung